Friday, March 15, 2013

LAPORAN PENDAHULUAN MENGENAI KEHAMILAN DENGAN ANEMIA

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Menurut WHO 40 % kematian ibu di Negara berkembang berkaitan dengan anemia dalam kehamilan. Kebanyakan anemia dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tidak jarang kebudayaan saling berkaitan. Kejadian anemia dalam Negara berkembang bekisar antara 20 sampai 89 % dengan menetapkan HB 11 % sebagai dasarnya dan kebudayaan ibu-ibu hamil memiliki  kadar HB yang rendah.  Berdasarkan hasil penelitian Hoo Swi Thiong frekuensi anemia dalam kehamilan terjadi sekitar 42.2 %. 3,8 % terjadi pada trimester I, 13,6 % terjadi pada trimester II, dan 24,8 % terjadi pada trimester III. (WHO,2006)
Simanjuntak mengemukakan bahwa sekitar 70% ibu hamil di Indonesia mengalami anemia akibat kekurangan gizi dan pada pengamatan lebih lanjut menunjukkan bahwa kebanyakan karena kekurangan zat besi yang dapat diatasi melalui pemberian zat besi secara teratur dan peningkatan gizi. (Manuaba, 2010)
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan pada tahun 2009 tercatat 91.020 (87,29%) ibu hamil yang menderita anemia dari 104.271 ibu hamil yang memeriksakan diri, diklasifikasikan menjadi tiga kategori yaitu anemia ringan 45.510 (50%), anemia sedang 42.043 (46,19%), dan anemia berat 3.467 (3,81%). (DinKes Kal-Sel, 2009)
Dari data yang di peroleh pada ibu hamil di Puskesmas diantaranya mengalami anemia, ini dipengaruhi oleh suatu ekonomi dan status pendidikan yang masih rendah. Oleh karena itu, penulis tertarik mengambil studi kasus dengan judul “ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN ANEMIA RINGAN”.
B.    Tujuan
1.    Tujuan Umum
Dapat melaksanakan  Manajemen Asuhan Kebidanan Pada Ny. L  hamil trimester II (21 minggu) dengan Anemia Ringan  di Puskesmas S.Parman yang dilaksanakan pada tanggal 06 November November dengan menggunakan pendekatan  asuhan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan.
2.    Tujuan Khusus
a.    Dapat melaksanakan pengkajian dan analisis data pada Ny.L hamil trimester II (21minggu) dengan Anemia Sedang  di Puskesmas  S.Parman yang dilaksanakan pada tanggal 06 November 2012
b.    Dapat merumuskan diagnosa/masalah potensial pada Ny.“L” hamil trimester II (21minggu) dengan anemia ringan   di Puskesmas S.Parman yang dilaksanakan pada tanggal 06 November 2012
c.    Dapat menetapkan rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny.“L” hamil trimester II (21minggu) dengan Anemia Ringan  di Puskesmas S.Parman yang dilaksanakan pada tanggal 06 November 2012.
d.    Dapat mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan pada Ny.“L” hamil trimester II (21minggu) dengan Anemia Sedang  di Puskesmas S.Parman yang dilaksanakan pada tanggal 06 November 2012
e.    Dapat mendokumentasikan semua temuan dan tindakan yang telah diberikan pada Ny.“L” hamil trimester II (21 minggu) dengan Anemia Sedang  di Puskesmas S.Parman yang dilaksanakan pada tanggal 06
November 2012




C.    Manfaat
1.    Bagi Mahasiswa
Membantu meningkatkan wawasan dalam menerapan ilmu yang telah di berikan dalam perkuliahan & mengimplementasikannya dalam memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat.
2.    Bagi lahan praktek
Menambah dan meningkatkan pelayanan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan yang lebih modern dalam melaksanakan asuhan kebidanan terhadap klien.







BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Pengertian
Anemia adalah suatu keadaan yang ditandai dengan menurunnya kadar zat warna merah dalam sel darah merah atau eritrosit yang disebut sebagai hemoglobin. (Manuaba,  2010).
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dimana kadar hemoglobin dibawah 11 gr %. ( Saifuddin, 2006)
Anemia berarti kurangnya hemoglobin dalam darah, yang disebabkan oleh jumlah sel darah merah yang terlalu sedikit (Guyton, 2007)
Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam darahnya kurang dari 12 gr %. (Wiknjosastro, 2002).
Anemia adalah suatu kondisi dimana kadar Hb dan /atau hitung eritrosit lebih rendah dari harga normal. Dikatakan sebagai anemia bila Hb< 14 g/dl dan Hb< 41 % pada pria atau Hb<12 g/dl dan Hb<37 % pada wanita. (Arif Mansjoer, 2001)
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan III atau kadar Hb<10,5 gr% pada trimester II (Saifudin, 2002)
Kehamilan memang rentan terhadap berbagai keluhan penyakit. Salah satunya adalah anemia. Anemia yang diderita oleh ibu hamil atau disebut juga anemia ibu hamil bisa menghambat serta mengganggu kesehatan ibu dan janin yang tengah dikandung. Anemia ibu hamil memiliki keluhan yang cenderung sama dengan anemia biasa, yang membedakan adalah waktu penyakit anemia itu diderita.



B.    Etiologi
Menurut Mochtar (2002)  penyebab anemia pada umunya adalah  :
1.    Perdarahan
2.    Kekurangan gizi seperti : zat besi, vitamin B 12dan asam folat.
3.     Penyakit kronik, seperti gagal ginjal, abses paru, bronkiektasis, empiema, dll.
4.    Kelainan darah
5.    Ketidaksanggupan sum-sum tulang membentuk sel-sel darah.
6.    Malabsorpsi
Penyebab anemia pada kehamilan :
1.    Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin
2.    Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi ibu hamil
3.    Pola makan ibu terganggu akibat mual selama kehamilan
4.    Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi (Fe).
5.    Pada wanita akibat persalinan sebelumnya dan menstruasi.
Faktor Resiko Anemia pada Ibu Hamil
1.    Umur < 20 tahun atau > 35 tahun
2.    Perdarahan akut
3.    Pekerja berat
4.    Makan < 3 kali dan makanan yang dikonsumsi kurang zat besi







C.    Gejala Klinis
Gejala umum yang terjadi pada seseorang dengan anemia adalah lemas, pusing, cepat lelah, mudah mengantuk, konsentrasi menurun, pandangan berkunang-kunang terutama bila bangkit dari duduk, tampak pucat. Kepucatan dapat dilihat pada konjungtiva. (Arisman, 2004)
Tanda dan gejala anemia yaitu :
1.    5 L yaitu : lesu, letih, lemah, lelah, lunglai
2.     Pusing dan pandangan mata berkunang-kunang
3.     Pucat pada kelopak mata, bibir lidah dan telapak tangan
4.    Pada ibu hamil muda keluhan mual-muntah hebat
Untuk menegakan diagnosa anemia dalam kehamilan dapat dilakukan dengan
1.    Anamnesa
Pada anamnesa akan didapatkan keluhan seperti tanda dan gejala anemia.
2.     Pemeriksaan Hb
Pemeriksaan Hb dapat dilakukan dengan alat sahli
Hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai berikut :
Hb 11 gr % à tidak anemia
9 – 10 gr % à anemia ringan
7 – 8 gr % à anemia sedang
< 7 gr % à anemia berat
Pemeriksaan Hb dilakukan minimal 2x selama kehamilan yaitu pada trimester I dan trimester III. (Wiknjosastro, 2006).


D.    Patofisilogi
Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dari pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta kembali normal 3 bulan setelah partus. Stimulasi yang meningkatkan volume plasma seperti laktogen plasenta, yang menyebabkan peningkatan sekresi aldesteron. (Arisman, 2004)
Pada umumnya cadangan zat besi pada wanita selalu berkurang hasil ini disebabkan karena kehilangan darah setiap bupalan pada waktu haid. Pada wanita hamil cadangan ini akan berkurang lagi karena kebutuha janin akan zat besi sangat besar, juga bertambahnya volume darah kadar Hb semakin turun. Kadar Hb yang rendah ini disebut anemia.
Kebutuhan zat besi ibu selama hamil ialah 800 mg zat besi.
800 mg à untuk janin dan plasenta
500 mg à untuk pertumbuhan eritrosit ibu
Dengan demikian ibu hamil membutuhkan tambahan sekitar 2-3 mg/hari.

E.    Komplikasi
Anemia dapat terjadi pada setiap ibu hamil, karena itulah kejadian ini harus selalu diwaspadai.
Anemia yang terjadi saat ibu hamil Trimester I akan dapat mengakibatkan : abortus, missed abortus dan kelainan kongenital.
 Anemia pada kehamilan trimester II dapat menyebabkan : persalinan prematur, perdarahan antepartum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia aintrauterin sampai kematian, BBLR, gestosis dan mudah terkena infeksi, IQ rendah dan bahkan bisa mengakibatkan kematian.
 Saat inpartu, anemia dapat menimbulkan gangguan his baik primer maupun sekunder, janin akan lahir dengan anemia, dan persalinan dengan tindakan yang disebabkan karena ibu cepat lelah. Saat post partum anemia dapat menyebabkan: tonia uteri, retensio plasenta, pelukaan sukar sembuh, mudah terjadi febris puerpuralis dan gangguan involusio uteri. (Manuaba, 2000)
Pengaruh Anemia terhadap Kehamilan, yaitu :
1.    Bahaya selama kehamilan
a.    Tumbuh kembang janin terlambat
b.    hiperemesis gravidarum dan gestosis.
c.    Menimbulkan plasenta previa.
d.    Dapat menimbulkan solusio plasenta.
2.    Bahaya terhadap persalinan
a.    Persalinan berlangsung lama.
b.    Sering terjadi fetal distress.
c.    Persalinan dengan tindakan operasi.
d.    Terjadi emboli air ketuban.
3.    Bahaya selama post partum
a.     Terjadi perdarahan post partum
b.    Dapat terjadi retensio plasenta atau plasenta rest.
c.    Bayi lahir dengan anemia.
4.     Bahaya terhadap janin
a.     Abortus.
b.    Terjadi kematian intra uterin.
c.    Persalinan prematuritas tinggi.
d.    Berat badan lahir rendah.
e.    Kelahiran dengan anemia.
f.     Dapat terjadi cacat bawaan.
g.     Bayi mudah mendapat infeksi sampai kematian perinatal.
h.    Intelegensia rendah. (Manuaba, 2000)

F.    Penatalaksanaan
1.    Pencegahan
a.    Makanlah makanan yang kaya akan sumber zat besi secara teratur.
b.    Makanlah makanan yang kaya sumber vitamin C untuk memperlancar penyerapan zat besi.
c.    Jagalah lingkungan sekitar agar tetap bersih untuk mencegah penyakit infeksi dan penyakit cacingan.at besi.
2.     Terapi pengobatan
a.    Terapi oral
Pengobatan anemia biasanya dengan pemberian tambahan zat besi. Sebagianbesar tablet zat besi mengandung ferosulfat, besi glukonat atau suatu  polisakarida. Tablet besi akan diserap dengan maksimal jika diminum 30 menit sebelum makan. Biasanya cukup diberikan 1 tablet/hari, kadang diperlukan 2 tablet. Kemampuan usus untuk menyerap zat besi adalah terbatas, karena itu pemberian zat besi dalam dosis yang lebih besar adalah sia-sia dan kemungkinan akan menyebabkan gangguan pencernaan dan sembelit. Zat besi hampir selalu menyebabkan tinja menjadi berwarna hitam, dan ini adalah efek samping yang normal dan tidak berbahaya. Dan biasanya asupan nutrisi yang mengandung zat besi cenderung lebih tinggi pada ibu hamil daripada wanita normal. Umumnya asupan nutrisi meningkat 2 kali lipat daripada wanita normal.Pengobatan yang lain:
Asam folik 15 – 30 mg per hari
Vitamin B12 3 X 1 tablet per hari
Sulfas ferosus 3 X 1 tablet per hari
Pada kasus berat dan pengobatan per oral hasilnya lamban sehingga dapat diberikan transfusi darah.
b.    Terapi Parenteral
Diberikan jika penderita tidak tahan akan obat besi peroral ada gangguan penyerapan oenyakit saluran pencernaan atau apabila kehamilannya sudah tua. Therapy parenteral ini diberikan dalam bentuk ferri. Secara intramusculus dapat disuntikan dextran besi (imferon) atau sorbitol besi (Jectofer)









BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN
ANEMIA RINGAN

Hari/Tanggal Pengkajian    : 06 November 2012
Jam Pengkajian        : 09.15
No RMK             : 906807
A.    SUBJECTIVE DATA
1.    Identitas
Istri
Nama        : Ny. L           
Umur        : 20 tahun       
Agama        : Islam                   
Suku/Bangsa    : Banjar/ Indonesia           
Pendidikan        : SMP                       
Pekerjaan        : Ibu Rumah Tangga           
Alamat        : Jl. Perdagangan Rt 22           

Suami
Nama        : Tn. F           
Umur        : 30 tahun       
Agama        : Islam/Indonesia           
Suku/Bangsa    : Banjar/Indonesia           
Pendidikan        : SMA                       
Pekerjaan        : Dagang Pasir               
Alamat        : Jl. Perdagangan Rt 22
2.     Keluhan Utama  
ibu mengatakan hamil 5 bulan, mengeluh pusing dan ingin memeriksa kehamilan
3.    Riwayat Perkawinan
Kawin 1 kali, Kawin pertama kali umur 20 tahun, dengan suami sekarang sudah 1 tahun
4.    Riwayat Haid
a.    Menarche umur     : 14 tahun
b.    Siklus        : 28 hari
c.    Teratur/tidak    : teratur
d.    Lamanya        : 7 hari
e.    Banyaknya        : .2-3 kali / hari
f.    Dismenorhoe    : tidak ada
g.    HPHT        : 06-06-2012
h.    Taksiran Partus    :13-03-2013
5.    Riwayat Obstetri
No    Thn    Kehamilan    Persalinan    Bayi    Penyulit Nifas    Ket
        UK    Penyulit    UK    Cara
    Tempat/
Penolong    Penyulit    BB    PB    Seks    Keadaan lahir       
1
    ini
                                               

6.    Riwayat Keluarga Berencana
a.    Jenis            : tidak pernah
b.    Lama            : tidak pernah
c.    Masalah            : tidak ada
7.    Riwayat Kesehatan
a.    Riwayat kesehatan ibu   
Ibu mengatakan bahwa dirinya tidak pernah menderita penyakit menular seperti Hepatitis,TBC, dan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti Asma, Jantung, dan DM.
b.    Riwayat kesehatan keluarga
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak pernah menderita penyakit menular seperti Hepatitis, TBC, dan tidak pernah menderita penyakit menurun seperti Asma, Jantung, dan DM.

8.    Riwayat Kehamilan Sekarang
Gravida1Para 0 Abortus 0.
a.    ANC Trimester I
1)    Frekuensi        : Tidak pernah melakukan pemeriksaan
2)    Tempat        : Tidak pernah melakukan pemeriksaan
3)    Umur kehamilan    : Tidak pernah melakukan pemeriksaan
4)    Imunisasi        : Tidak pernah melakukan pemeriksaan
5)    Pergerakan anak    : Tidak pernah melakukan pemeriksaan
6)    Nasehat         : Tidak pernah melakukan pemeriksaan
7)    Pengobatan    : Tidak pernah melakukan pemeriksaan

b.    ANC Trimester II
1)    Frekuensi        :  1 kali
2)    Tempat        : PKM S.Parman
3)    Umur kehamilan    : 21 minggu
4)    Imunisasi        : TT1
5)    Pergerakan anak    : (+)
6)    Keluhan        : pusing
7)    Nasehat         : istirahat yang cukup
8)    Pengobatan    : SF         2 x 1
              PCT       3 x 1
              Prenatin 1 x 1
c.    ANC Trimester III
1)    Frekuensi        : belum dilakukan
2)    Tempat        : belum dilakukan
3)    Umurkehamilan    : belum dilakukan
4)    Imunisasi        : belum dilakukan
5)    Pergerakananak    : belum dilakukan
6)    Keluhan        : belum dilakukan
7)    Nasehat        : belum dilakukan
8)    Pengobatan    : belum dilakukan

9.    PolaKebutuhanSehari-hari
a.    Nutrisi
- Jenis yang dikonsumsi    : nasi, lauk pauk, sayuran, buah
- Frekuensi        : 2 kali/hari
- Porsi makan        : sedikit
- Pantangan        : tidak ada
b.    Eliminasi
BAB
- Frekuensi        : 1kali/hari
- Konsistensi        : lembek
- Warna            : kecoklatan
BAK
- Frekuensi        : 4-5 kali/hari
- Warna            : kuning jernih
- Bau            : pesing
c.    Personal Hygiene
- Frekuensi mandi            : 2kali/hari
- Frekuensi gosok gigi        : 2kali/hari
- Frekuensi ganti pakaian/jenis    : 2 kali/hari
d.    Aktifitas    :
e.    Tidur dan Istirahat
- Siang hari            : 1 jam
- Malam hari            : 6-7 jam
- Masalah                : tidak ada
f.    Pola Seksual
Masalah                : tidak ada
10.    Data Psikososialdan Spiritual
a.    Tanggapan ibu terhadap keadaan dirinya    : baik
b.    Tanggapan ibu terhadap kehamilannya       : senang
c.    Ketaatan ibu beribadah               : sholat 5 waktu
d.    Pemecahan masalah dari ibu           : ibu bersama suami
e.    Pengetahuan ibu terhadap kehamilannya        : Tenaga Kesehatan
f.    Budaya yang dipercayai selama kehamilan : tidak ada
g.    Lingkungan yang berpengaruh           
Ibu tinggal bersama    :  suami
Hewan piaraan        : tidak ada
h.    Hubungan sosial ibu dengan mertua, orang tua, keluarga : baik
i.    Penentu pengambil keputusan dalam keluarga               :ibu
j.    Jumlah penghasilan keluarga                  : cukup
k.    Yang menanggung biaya ANC dan persalinan          : suami

B.    OBJECTIVE DATA
1.    Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum                   : baik   
b. Kesadaran            : Compos Mentis
c. Berat badan           
    Sebelum hamil        : 42 kg
    Sekarang            : 48,5 kg
d. Tinggi badan        : 150 cm
                    e.  LILA            : 25 cm
                    f.  Tanda Vital            :  TD 110/70mmHg, Nadi 60x/menit
                               Suhu 36°C, Respirasi 27x/menit
2.    Pemeriksaan khusus
a.    Inpeksi
-    Kepala    : Bentuk kepala tampak simetris, rambut tampak
      berwarna hitam, tidak tampak ketombe, tidak
      tampak adanya benjolan, dan penyebaran rambut
      merata
-    Muka    : Tampak pucat, tidak tampak adanya oedema, tidak
    tampak adanya closma gravidarum
-    Mata    : Bentuk tampak simetris, konjungtiva anemis,
      sklera tidak ikterik
-    Hidung    : Tidak tampak adanya polip & tidak ada sumbatan
       jalan
       nafas
-    Telinga    : Bentuk tampak simetris kiri dan kanan, tidak
       tampak adanya pengeluaran serumen
-    Mulut    : Bibir tampak pucat, tidak stomatitis, lidah bersih,       tidak tampak adanya karies gigi
-    Dada    : Tampak simetris, pernapasan tidak ada retraksi
       dada
-    Mamae    : Bentuk tampak simetris, putting menonjol, tampak
  hyperpigmentasi pada areola.
 
-    Perut     : Tidak tampak bekas operasi, tidak tampak
       jaringan parut
-    Tungkai    : Tidak tampak oedem dan varieses

b.    Palpasi
Leher        : Tidak teraba adanya pembengkakan vena
       Jugularis dan kelenjar tyroid
Mamae       : Tidak ada nyeri tekan & tidak teraba adanya
        masa/benjolan
Abdomen
- Leopold I        :    TFU 1 jari dibawah pusat
- Leopold II     :    Belum dapat ditentukan
- Leopold III    :  Belum dapat ditentukan
- Leopold IV    :    Belum dapat ditentukan
TBJ          :  Belum dapat ditentukan

c.    Auskultasi
DJJ         : Belum terdengar jelas.
d.    Perkusi
-Refleks Patella    : Kiri / Kanan , (+) / (+)
Cek ginjal        : Kiri / Kanan, (-) / (-)
e.    Pemeriksaan Panggul Luar :
-  Distansia Spinarum    : tidak dilakukan
- Distansia Cristarum    : tidak dilakukan
 - Conjugata Eksterna    : tidak dilakukan
- Lingkar Panggul        : tidak dilakukan

   3.  Pemeriksaan Penunjang
                   Laboratorium         : Selasa, 06 November 2012
             - HB          : 10,4 gr%
C.    ASSESMENT
a. DiagnosaKebidanan  : G1P0A0 hamil 21 minggu, janin tunggal hidup            intra uterin dengan kehamilan fisiologis
       b.  Masalah                      :  ibu mengeluh pusing
       c.  Kebutuhan                  :  konseling
      D. PLANNING
1.    Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ibu dalam keadaan anemia ringan dengan hasil pemeriksaan TD : 120/80  mmHg, Nadi : 80 x /menit , Respirasi : 24 x/menit, suhu : 37 0C Hb : 9,9 gr %, DJJ (+) terdengar jelas dengan frekuensi 142 x / menit, taksiran partus pada tanggal 27-08-2012.
“Ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan ”.

2.    Memberitahu ibu Penyebab terjadinya anemia :
a.    Kurang gizi (malnutrisi)
b.    Kurang zat besi dalam diet
c.    Malabsorpsi
d.    Kehilangan darah yang banyak: persalinan yang lalu, haid dll
e.    Penyakit-penyakit kronik : TBC, paru, cacing usus, malaria, dll.

“Ibu mengerti dan mengetahui penyebab terjadinya dari anemia”

3.    Memberitahu ibu akibat dari anemia:
a.    Perdarahan pada saat persalinan
b.    Terjadi abortus
c.    Partus prematurus
d.    Lamanya waktu partus karena anemia
e.    Rentan infeksi
 “Ibu mengerti dan mengetahui akibat dari anemia”

4.    Memberitahu ibu cara mengatasi anemia dengan cara ibu mengonsumsi tablet tambah darah (SF) diminum 2kali sehari, pada pagi hari dan malam hari setelah makan dengan menggunakan air putih atau air jeruk, jangan diminum menggunakan air teh, susu atau kopi. Efek samping dari mengonsumsi obat tambah darah adalah mual, muntah, nyeri lambung, perut tidak enak, susah buang air besar atau diare dan tinja berwarna hitam.
“Ibu bersedia meminum obat tablet penambah darah, ibu juga mengetahui efek samping dari tablet tambah darah (SF) dan ibu sudah mengerti cara mengkonsumsinya ”.

5.    Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi
a.    Makanan yang bergizi seperti nasi, lauk-pauk ( ikan, tahu, tempe, dll), sayuran hijau seperti bayam, katuk (dimasak jangan sampai layu) dan buah-buahan seperti Pisang, pepaya, dll
b.    Menganjurkan ibu untuk meminum air putih 8 – 10 gelas / hari dan meminum susu khusus untuk ibu hamil .
  “Ibu bersedia mengkonsumsi makanan yang bergizi”.

6.    Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup 1 – 2 jam pada siang hari, dan 6 – 8 jam pada malam hari agar stamina ibu tetap terjaga serta menganjurkan ibu untuk tidak melakukan pekerjaan yang berat – berat.
“Ibu bersedia untuk istirahat yang cukup dan tidak melakukan pekerjaan berat”.
7.    Menganjurkan ibu untuk meningkatkan personal hygiene yaitu dengan cara mengganti pakaian dalam sehabis BAB / BAK atau jika terasa basah dan lembab serta memberitahu cara cebok yang benar yaitu dari depan kebelakang, menggunakan BH yang menopang payudara dan menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
“ Ibu bersedia untuk meningkatkan personal hygiene ”.

8.    Memberitahukan ibu tanda bahaya kehamilan, yaitu:
a.    Perdarahan pervagina
b.    Ketuban pecah dini
c.    Kaki, tangan, muka bengkak disertai pusing
d.    Mual muntah berlebih
e.    Penglihatan kabur
f.    Pergerakan janin berkurang
“Ibu sudah mengetahui tanda bahaya kehamilan”

9.    Menganjurkan kepada ibu untuk melakukan persiapan kelahiran seperti persiapan transportasi,dana dan dimana ibu ingin melahirkan
“ibu berjanji akan melakukan sesuai anjuran”

10.    Menjelaskan kepada ibu mengenai tanda persalinan dan menganjurkan kepada ibu untu segera ke petugas kesehatan jika menemukan tanda persalinan tersebut.tanda-tanda tersebut meliputi:
1.Nyeri perut menjalar ke pinggang semakin sering
2. Adanya pengeluaran lendir bercampur darah
3. Adanya pengeluaran air-air
“Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan”

11.    Menganjurkan ibu untuk kunjungan ulang 1 bulan lagi atau jika ada keluhan untuk mengetahui keadaan dan perkembangan kehamilan ibu serta untuk mendeteksi adanya masalah pada kehamilan ibu.
“ibu berjanji akan melakukan sesuai anjuran”


















BAB IV
PEMBAHASAN

Anemia memang banyak dialami oleh wanita, terutama oleh kelompok umur yang setiap bulannya masih mengalami menstruasi. Seorang wanita mengalami peningkatan plasma darah sampai 30% sel darah 18% tetapi Hb hanya bertambah 19% akibatnya frekuensi anemia pada kehamilan cukup tinggi yaitu 10 – 20% penderita anemia akan mengalami gejala variasi mulai dari anemia ringan sampai berat, tergantung kadar Hbnya.
Banyak penyulit dapat muncul pada kehamilan dengan anemia, diantaranya:
a.    Abortus
b.    Partus prematurus
c.    Lamanya waktu partus karena kurang daya dorong rahim
d.    Perdarahan postpartum
e.    Rentan infeksi
f.    Rawan dekompensasikordis pada penderita dengan Hb 4 gr %.
Anemia bisa menyebabkan kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang. Jika anemia bertambah berat, bisa menyebabkan stroke atau serangan jantung. Gejala lemah, letih, lesu, lelah, lunglai atau yang biasa disebut 5L juga merupakan salah satu gejala Anemia.
            Penatalaksanaan yang diberikan pada Ny. A setelah dilakukan pemeriksaan ditemukan HB ibu 9,1gr% yang berarti ibu mengalami anemia yaitu ibu disarankan untuk mengonsumsi sayur sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong serta kacang - kacangan, dan daging. Sayuran dimasak jangan sampai terlalu matang, apabila terlalu matang vitaminnya akan berkurang. Ibu juga diberikan suplemen tablet SF (tambah darah) diminum 2x sehari.BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
1.    Anemia adalah keadaan di mana sel darah merah (eritrosit) atau hemoglobin atau keduanya mengalami penurunan kemampuan mengangkut oksigen. Yang paling umum terjadi adalah anemia defisiensi besi, terutama pada penderita yang mengalami pendarahan cukup banyak.
2.    Penyebab anemia umumnya adalah :
a.    Kurang gizi (malnutrisi)
b.    Kurang zat besi dalam diet
c.    Malabsorpsi
d.    Kehilangan darah yang banyak : persalinan sebelumnya, haid dll
e.    Penyakit-penyakit kronik : TBC, paru, malaria dll
3.    Gejala anemia yaitu badan lemah, tidak nafsu makan, muka pucat, daya konsentrasi menurun, sakit kepala, dan pandangan kadang-kadang kabur terutama dari keadaan duduk kemudian berdiri.
4.    Komplikasi yang terjadi yaitu:
a.    Abortus
b.    Partus prematurus
c.    Lamanya waktu persalinan karena kurang daya dorongan dari rahim
d.    Perdarahan postpartum
e.    Rentan infeksi
5.    ibu mengalami anemia yaitu ibu disarankan untuk mengonsumsi sayur sayuran berwarna hijau gelap seperti bayam dan kangkung, buncis, kacang polong serta kacang - kacangan, dan daging. Sayuran dimasak jangan sampai terlalu matang, apabila terlalu matang vitaminnya akan berkurang. Ibu juga diberikan suplemen tablet SF (tambah darah) diminum 2x sehari pada pagi hari dan malam hari setelah makan, diminum dengan air putih atau air jeruk. Jangan diminum dengan menggunakan air teh, kopi atau susu.
B.    Saran
1.    Bagi Masyarakat atau Ibu Hamil
Disarankan untuk ibu hamil untuk lebih sering dan rutin memeriksakan kehamilannya sedini mungkin ke dokter kandungan atau bidan untuk lebih cepat mendapatkan konseling dan komplikasi dalam kehamilan.
2.    Bagi Mahasiswa
Disarankan agar dapat mengetahui cara penanganan dan pendeteksian kehamilan dengan anemia tersebut.

   


Daftar Pustaka

Arisman, M.B, 2004. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Maimunah S, 2005.Kamus Istilah Kebidanan.Penertbit Buku EGC.Jakarta
Manuaba, I, Gde, Bagus, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit kandungan & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Manuaba, I, Gde, Bagus, 2001. Kapita Selekta PenatalaksanaanRutin Obstetri, Ginekologi dan KB. Penerbit Buku Kedokteran. Jakarta
Mochtar, Rustam 1998. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Noor, M, Hasnah, 2006. Metodologi Penelitian Dan Kebidanan Komunitas Program DIII Kebidanan Universitas Indonesia Timur Makassar
Prawirohardjo, Sarwono, 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan  Meternal Dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Jakarta
Saifuddin AB. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. YBP-SP, Jakarta
 Varney, Helen, 2002. Buku Saku Bidan, Edisi Bahasa Indonesia Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Wiknjosastro H, 2002. Ilmu kebidanan. Edisi Ketiga. Yayasan Bina Pustaka Jakarta


APN(ASUHAN PERSALINAN NORMAL) 58 LANGKAH

APN 58 LANGKAH
TANDA GEJALAN KALA II
Do-Ran, Tek-Nus, Per-Jol, Vul-ka
SIAP ALAT SIAPKAN DIRI
Celemek, Cuci , Sarung , Oksi
PASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP
Bersih, PD, Celup, DJJ
SIAP IBU DAN KELUARGA
Beritahu Ibu Bapak
PIMPINLAH IBU TUK MENERAN
2 3 1 Langkah
SIAP-SIAP UNTUK MENOLONG
Handuk, Bokong, Buka, Sarung
TOLONG KEPALA BAHU BADAN
3, 1, 2 Langkah
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
2, 3, 2, 2 Langkah
MANAJEMEN AKTIF KALA III
(Ini materi Utama)
PTT, Plasenta, Masase
3, 2, 1 Langkah
PERDARAHAN SEGERA PERIKSA
Plasenta dan Robekan
PASCA TINDAKAN 17
Eval, Bersih, Aman, Parto

Laporan farmakologi cara pemberian obat melalui intraperitonial

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI
CARA PEMBERIAN OBAT
INTRAPERITONIAL




OLEH:
FEBRIYANI LESTARI
S.11.961




AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA
BANJARMASIN
TAHUN 2013



BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
I.    PENDAHULUAN
Dalam pengelolaan penderita, ketepatan cara pemberian obat bisa menjadi faktor penentu keberhasilan suatu pengobatan, karena cepat lambatnya obat sampai ditempat kerjanya (site of action) sangat tergantung pada cara pemberian obat.
Ada berbagai cara pemberian obat diantaranya dapat diberikan secara peroral melalui mulut dimana obat melewati saluran pencernaan dan ini sering disebut dengan enteral.Absorbsi obat yang diberikan secara oral dapat berlangsung didalam mulut, lambung ataupun usus. Absorbsi dapat berlangsung dimulut melalui mukosa mulut, jika obat diberikan secara sublingual (dibawah lidah) atau secara bukal (antara mukosa pipi dan gusi). Cara ini dapat menguntungkan karena mencegah perusakan obat oleh asam lambung. Disamping itu,obat dari lambungakan dibawa ke hati melalui vena porta sehingga dapat dimetabolisme oleh hati. Hal ini harus diperhitungkan agar jangan sampai salah hitung pada pemberian dosis. Jika dikehendaki bahan aktif obat tidak dirusak oleh asam lambung, maka sediaan obat (tablet) dapat dibuat agar tidak mengalami desintegrasi atau pecah didalam lambung tapi baru pecah didalam usus. Dengan cara melapisi bahan obat dengan bahan yang tahan asam. Jika absorbsi terjadi di usus, obat dapat mengalami metabolisme oleh hati pada saat pertama kali melintasi hati (first pass metabolism).
Pemberian obat melalui saluran cerna yang dapat menghindari obat dari first pass metabolism adalah secara sublingual dan perektal (rectum). Setelah di absorbs melewati mukosa rectum maka obat dibawa oleh aliran darah vena hemorhoidalis inferior langsung masuk kedalam vena cava inferior tanpa melalui vena porta.
Pemberian obat secara parenteral dapat melalui saluran nafas (per inhalasi), langsung pada tempat yang dituju (topical). Obat dapat pula dimasukkan kedalam tubuh melalui suntikan (injeksi) dengan cara intracutan ( disuntikkan didalam kulit diatas membran basalis), subcutan (dibawah kulit), intramuscular (didalam bundel otot lurik), intraperitoneal ( didalam rongga peritoneum), intrakardial (langsung kedalam rongga jantung), intratecal (kedalam cairan serebrospinal), intrasinovial (dalam rongga sendi) dan intravena (langsung kepembuluh darah vena).

Keuntungan pemberian obat secara parenteral :
• Efek timbulnya lebih cepat dan teratur dibandingkan dengan pemberian peroral.
• Dapat diberikan pada penderita yang tidak kooperatif, tidak sadar atau muntah-muntah.
• Sangat berguna dalam keadaan darurat.
Kerugian pemberian obat secara parenteral :
• Dibutuhkan cara asepsis.
• Menyebabkan rasa nyeri.
• Bahaya penularan hepatitis serum.
• Sukar dilakukan sendiri oleh penderita.
• Tidak ekonomis.
Pemberian dengan cara intravena paling cepat responnya karena tidak mengalami tahap absorbsi, maka kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat, tepat, dan dapat disesuaikan langsung dengan respon penderita. Kerugiannya efek toksik mudah terjadi karena kadar obat yang tinggi segera mencapai darah dan jaringan, disamping itu obat yang disuntikkan secara intravena tidak dapat ditarik kembali. Obat dalam larutan minyak yang mengendapkan konstituen darah dan menyebabkan hemolisis tidak boleh diberikan dengan cara intravena.
Suntikan secara subcutan dan intracutan hanya boleh digunakan untuk obat yang tidak menyebabkan iritasi jaringan. Absorbsi biasanya terjadi lambat dan konstan sehingga efeknya bertahan lama. Pencampuran obat dengan vasokontriktorjuga akan memperlambat absorbsi obat tersebut. intramuscular, kelarutan obat dalam air menentukan kecepatan dan kelengkapan absorbsinya. Obat yang sukar larut pada pH fisiologis misalnya digoksin, fenitoin dan diazepam akan mengendap ditempat suntikan sehingga absorbsinya berjalan lambat, tidak lengkap dan tidak teratur.
Suntikan intraperitoneal tidak dapat dilakukan pada manusia karena bahaya infeksi dan adesi terlalu besar.
   



BAB II
PEMBAHASAN
Absorbsi merupakan pengambilan obat dari permukaan tubuh atau dari tempat-tempat tertentu pada organ ke dalam aliran darah. Dimana dipengaruhi beberapa factor yakni cara pemberian obat dan bentuk sediaan. Pada percobaan kali ini dilakukan empat cara yaitu peroral, subkutan, intraperitonial, intramuscular. Kecepatan absorbsinyapun berbeda pada masing-masing cara pemberian yang dapat menunjukan keefektifan obat tersebut.
Pada percobaan ini digunakan kelinci sebagai hewan uji karena disamping harganya yang ekonomis, dapat dilihat pula dari keekonomisan jumlah luminal yang diberikan pada volume pemberiaanya. Sebelumnya kelinci harus mengalami praperlakuan yakni dipuasakan yang bertujuan agar setiap kelinci memiliki aktivitas enzim yang sama selain itu agar tidak menghalangi bahan obat diserap dalam tubuh.
Pada percobaan ini menggunakanPentobarbital atau Diazepam  yang sifatnya larut dalam lemak. Dalam peraktek kali ini menggunakan dosis 3% sesuai dengan berat hewan uji. obat ini akan mencapai MEC (Minimal Effective Consentration) tertinggi sehingga kelinci akan tertidur dan akan bangun lagi karena secara farmakokinetik golongan obat barbiturate yaitu fenobarbital itu larut dalam lemak, saat keadaan plasma meningkat obat di lepaskan jadi kelinci nya tidur, tetapi saat keadaan plasma menurun, obat tetap tertimbun dalam lemak jadi kelinci bangun begitu seterusnya. Fenobarbital memiliki sifat redistribusi yaitu efek kalau pada kelinci, setelah efek anestesi hilang, obat akan di keluarkan dari depot lemak secara perlahan, itu yang membuat kelinci bangun tidur kembali.
Cara pemberian dapat mempengaruhi kecepatan absorbsi obat yang berpengaruh juga terhadap onset dan durasi. Pada literature dijelaskan bahwa onset paling cepat adalah intraperitonial, intramuscular, subkutan, peroral. Hal ini terjadi karena :
•         Intraperitonial mengandung banyak pembuluh darah sehingga obat langsung masuk ke dalam pembuluh darah.
•         Intramuscular mengandung lapisan lemak yang cukup kecil sehingga obat akan terhalang oleh lemak sebelum terabasorbsi.
•         Subkutan mengandung lemak yang cukup banyak.
•         Peroral disini obat akan mengalami rute yang panjang untuk mencapai reseptor karena melalui saluran cerna yang memiliki banyak factor penghambat seperti protein plasma.
Dan durasi paling cepat adalah peroral, intraperitonial, intramuscular, subkutan. Hal ini terjadi karena :
•         Peroral, karena melalui saluran cerna yang memiliki rute cukup panjang dan banyak factor penghambat maka konsentrasi obat yang terabsorbsi semakin sedikit dan efek obat lebih cepat.
•         Intraperitonial, disini obat langsung masuk ke pembuluh darah sehingga efek yang dihasilkan lebih cepat dibandingkan intramuscular dan subkutan karena obat di metabolisme serempak sehingga durasinya agak cepat.
•         Intramuscular, terdapat lapisan lemak yang cukup banyak sehingga obat akan konstan dan lebih tahan lama.
•         Subkutan, terdapat lapisan lemak yang paling banyak sehingga durasi lebih lama disbanding intramuscular.
Di lihat dari rata-rata waktu onset dan durasi, sangat terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan pada masing-masing cara pemberian. maka memastikannya dilakukan dengan uji stastistik analisa varian satu jalan karena di sini hanya terdapat satu variable yakni cara pemberian. melalui uji anava didapatkan ada perbedaan onset antar kelompok pada pengaruh cara pemberian obat terhadap absorbsi sehingga dilakukan uji anava. Maka  Pada onset di dapatkan hasil rata-rata untuk intraperitonial 6 menit , intramuscular 4 menit, subkutan 5 menit , dan untuk peroral 5 menit( urutan sesuai dengan teoritis yang ada),intracutan 5 menit. Sedangkan pada durasi didapatkan hasil untuk peroral 28 menit , intraperitonial 11 menit ,intramuscular 15 menit, subkutan 50 menit. (urutan sesuai dengan teoritis yang ada) dan intracutan 12 menit..
Dan dari uji pasca anava tersebut didapatkan hasil bahwa: Pemberian peroral dengan intraperitonial, dan pemberian peroral dengan intramuscular memiliki perbedaan yang signifikan karena peroral akan melalui saluran cerna yang memiliki rute panjang dan banyak factor penghambat sedangkan intraperitonial langsung masuk dalam pembuluh darah dan intramuscular mengandung cukup lemak untuk mengabsorbsi obat.
Dengan adanya variasi onset dan durasi dari tiap-tiap cara pemberian dapat disebabkan oleh beberapa hal, meliputi:
•         Kondisi hewan uji dimana masing-masing hewan uji sangat bervariasi yang meliputi produksi enzim, berat badan dan luas dinding usus, serta proses absorbsi pada saluran cerna.
•         Factor teknis yang meliputi ketetapan pada tempat penyuntikan dan banyaknya volume pemberian diazepam pada hewan uji                  
Cara pemberian obat dapat mempengaruhi onset dan durasi dimana hubungannya dengan kecepatan dan kelengkapan absorbsi obat. Kecepatan absorbsi obat di sini berpengaruh terhadap onsetnya sedangkan kelengkapan absorbs obat berpengaruh terhadap durasinya misalnya lengkap atau tidaknya obat yang berikatan dengan reseptor dan apakah ada factor penghambatnya.
Dari percobaan yang telah diamati, masing-masing cara pemberian memiliki keuntungan dan kerugian. Pada peroral keuntungannya mudah pemberiannya dan lebih aman, kerugiannya adalah efeknya lama karena melalui saluran cerna dan bias terjadi inaktivasi obat dihati. Pada intraperitonial keuntungannya efek yang dihasilkan sangat cepat, kerugiannya memiliki resiko yang sangat besar karena obat tidak dapat dikeluarkan bila terjadi kesalahan. Pada intramuscular,intracutan dan subkutan keuntungannya absorbsi yang terjadi relative cepat, sedangkan kerugian pada subkutan adalah hanya digunakkan untuk obat yang tidak mengiritasi jaringan.
            Dalam pemberian obat perlu pertimbangan mengenai masalah-masalah seperti berikut :
1.      Efek apa yang dikehendaki, lokal atau sistemik.
2.      Onset yang bagaimana dikehendaki, yaitu cepat atau lambat.
3.      Duration yang bagaimana dikehandaki, yang lama atau pendek.
4.      Apakah obatnya tidak rusak di dalam lambung atau di usus.
5.      Rute yang mana mau digunakan yang relatif aman. Melalui mulut, suntikan atau melalui dubur.
6.      Melalui jalan mana yang menyenangkan bagi Dokter atau pasien. Ada orang yang sukar menelan dan ada orang yang takut disuntik. Dan waktu muntah orang sukar minum obat.
7.      Obat yang mana yang harganya relatif murah.


II.    PERCOBAAN
a.    Tujuan
•    Untuk mengetahui bagaimana cara memberi penandaan pada hewan percobaan.
•    Untuk mengetahui berbagai pengaruh rute pemberian obat terhadap efek yang ditimbulkan.
•    Untuk mengetahui teknik pemberian obat melalui rute intraperitoneal (i.p.).
•    Untuk mengetahui pengaruh peningkatan dosis terhadap efek yang ditimbulkan.
- Untuk menyatakan onset of action obat berdasarkan rute yang diberikan.
- Untuk menyatakan duration of action obat berdasarkan rute yang diberikan.
- Untuk mengetahui efek dari pemberian Diazepam 3 % dan alcohol 70% berdasarkan dosis dan rute pemberian terhadap hewan percobaan.
b. Alat
Spuit injeksi 1 cc
Sonde lambung
Stetoskop
Selang untuk pemakaian perektal
Alat cukur rambut
Stopwatch
Senter
c. Bahan
Diazepam 3 %
Alcohol 70%
    d. Probandus
    Kelinci
    e. Cara kerja
    Tiap kelompok bekerja dengan 4 hewan uji. Tiap hewan uji diberi obat dengan salah satu cara pemberian :
1.    Hewan uji A dengan cara peroral
2.    Hewan uji B dengan cara intramuscular
3.    Hewan uji C dengan cara intracutan
4.    Hewan uji D dengan cara Subcutan
5.    Hewan uji E dengan cara Intraperitonial
    f. Pengamatan
        Amati dan catatlah interval waktu antara waktu pemberian obat dengan waktu timbulnya efek yang diamati (onset) dan waktu antara timbulnya efek dengan hilangnya efek itu (durasi) dari efek mengantuk, tidur, inkoordinasi motorik, relaksasi otot dan hilangnya reflex kornea dan cahaya.
    g. Perhitungan Dosis
1.    Kelinci I
berat badan = 300g
dosis Diazepam =0,05cc (secara Oral)
2.    Kelinci II
berat badan = 500g
dosis Diazepam =0,15cc (secara Subcutan)
3.    Kelinci III
berat badan = 300g
dosis Diazepam =0,1cc (secara Intraperitonial)
4.    Kelinci IV
berat badan = 540g
dosis Diazepam =0,15cc (secara Intramuscular)
5.    Kelinci V
berat badan = 500g
dosis Diazepam =0,15cc (secara Intracutan)   
        Onset dan durasi setelah digabungkan dengan hasil praktikum kelompok lain kemudian bandingkan antar cara pemberian obat.





HASIL PENGAMATAN
1.    Tabel onset dan durasi obat pada berbagai cara pemberian
Kelompok    Berat Kelinci    Cara Pemberian obat    Onset
Durasi
I    300    Oral    5/28
II    500    SC    5/50
III    350    IP    6/11
IV    540    IM    4/15
V    500    IC    5/12
           
Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan bahwa timbulnya efek dan hilangnya efek (durasi) lebih cepat IP dibandingkan IM, IC,SC dan oral. Karena IP tidak mengalami absorspi tetapi langsung masuk kedalam sirkulasi sistemik, sehingga kadar obat dalam darah diperoleh secara cepat dan dapat disesuaikan langsung dengan respon penderita.
2.    Grafik Onset/Durasi cara pemberian obat


BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Pada penandaan hewan percobaan dibuat pada ekor dengan garis-garis yang disesuaikan dengan urutan Kelinci.Pada pemberian obat secara oral lebih lama menunjukkan onset of action dibanding secara Intraperitonial, hal ini dikarenakan Intraperitonial tidak mengalami fase absorpsi tapi langsung ke dalam pembuluh darah.Sementara pemberian secara oral, obat akan mengalami absorpsi terlebih dahulu lalu setelah itu masuk ke pembuluh darah dan memberikan efek. Cara pemberian secara intraperitonial (i.p.) dengan menyuntikkan tepat pada bagian abdomen kelinci dan melaui oral dengan menggunakan oral sonde untuk mempermudah masukknya obat kedalam mulut kelinci yang sempit dan langsung ke kerongkongan.
Pada pemberian obat secara oral lebih lama menunjukkan onset of action dibanding secara Intraperitonial, hal ini dikarenakan Intraperitonial tidak mengalami fase absorpsi tapi langsung ke dalam pembuluh darah.Sementara pemberian secara oral, obat akan mengalami absorpsi terlebih dahulu lalu setelah itu masuk ke pembuluh darah dan memberikan efek. Semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan efek yang lebih cepat
 Onset of action dari rute pemberian obat secar IP lebih cepat diperoleh daripada rute pemberian obat secara oral.
 Duration of action dari rute pemberian obat secara IP lebih panjang (lama) dibandingkan rute pemberian obat secara oral.
Cara pemberian secara intraperitonial (i.p.) dengan menyuntikkan tepat pada bagian abdomen mencit dan melaui oral dengan menggunakan oral sonde untuk mempermudah masukknya obat kedalam mulut mencit yang sempit dan langsung ke kerongkongan.
        Semakin tinggi dosis yang diberikan akan memberikan efek yang lebih cepat.
        Onset of action dari rute pemberian obat secar IP lebih cepat diperoleh daripada rute pemberian obat secara oral.
         Duration of action dari rute pemberian obat secara IP lebih panjang (lama) dibandingkan rute pemberian obat secara oral.
        Dari hasil yang diperoleh diketahui :
  Kelinci I diberikansecara oral pada menit ke 1 normal sampai mengantuk pada menit ke 5 (reaktif) pada menit ke 6 bergerak lambat mulai lelah otot-otot menjadi relaksasi sampai menit ke 28 mulai bangun dan bergerak lincah.
  Kelinci II secara Subcutan pada menit 1 sampai menit ke 5 normal, selanjutnya dari menit ke 30 menit sampai ke 50 reaktif dan pada akhirnya bergerak lambat sampai akhirnya tidur .
  Kelinci III secara Intraperitonial pada 1 menit pertama masih normal, selanjutnya garuk-garuk (reaktif) sampai menit ke 5 gerak lambat,selanjutnya dari menit ke 6 mulai lelah otot-otot menjadi relaksasi sampai menit ke 11 mulai bangun dan bergerak lincah.
  Kelinci IV secara Intramuscular normal pada 1 menit pertama, menit ke 4 (reaktif), selanjutnya bergerak lambat hingga menit ke 15.
  Kelinci V secara IC (reaktif) pada menit ke 5 setelah disuntikkan, kemudian mulai bergerak lambat pada menit ke 6 sampai menit ke 12 hingga bangun dan bergerak lincah.
B.    SARAN
1.    Lebih berhati-hati dalam penanganan hewan percobaan dan dalam pembacaan skala spuit agar dosis yang diberikan tepat dan tercapai efek yang dikehendaki.
2.    Lebih berhati-hati dalam pemberian obat secara interperitonial agar tidak mengalami kerusakan pada abdomen maupun tusukan pada organ-organ dalam yang vital.
3.    Dapat digantikan atau digunakan turunan barbiturat lainnya maupun obat golongan sedatif-hipnotik lainnya (seperti benzodiazepin) untuk mengetahui perbandingan onset of action dan duration of action.










BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. (1995). Prinsip Umum dan Dasar Farmakologi. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Hal. 19-20.
Neal,Michael J. (2005). At a Galance Farmakologi Medis, Edisi Kelima. Jakarta : Penerbit Erlangga. Hal. 12.
Tanu, Ian. (2007). Farmakologi dan Terapi, Edisi Kelima. Jakarta : Balai Penerbit FKUI. Hal. 179, 185-186.
Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. (2007). Obat-Obat Penting Khasiat, Penggunaan, dan Efek-Efek Sampingnya, Edisi Keenam, Cetakan Pertama. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Hal. 419, 423.
Widodo, V. B & Lotterer E. (1993). Kumpulan Data Klinik Farmakologi. Cetakan I. Yogyakarta : UGM Press. Hal. 10.